I like to start an article with
illustration story. By reading a story, we will be able to understand about the
main topic of this article. Let’s read together guys!!
Ketika aku masih kecil, waktu itu
ibuku sedang menyulam sehelai kain. Aku yang sedang bermain di lantai, melihat
ke atas dan bertanya, apa yang ia lakukan. Ia menerangkan bahwa ia sedang
menyulam sesuatu di atas sehelai kain. Tetapi aku memberitahu kepadanya, bahwa
yang aku lihat dari bawah adalah benang ruwet. Ibu dengan tersenyum memandangku
dan berkata, “Anakku, lanjutkanlah permainanmu, sementara ibu menyelesaikan
sulaman ini. Nanti setelah selesai, ibu akan memanggilmu dan kamu dapat melihat
sulaman ini dari atas”. Setelah beberapa saat, aku mendengar suara ibu
memanggil, “Anakku, kemarilah dan duduk di pangkuan ibu”. Saat aku duduk,
aku heran dan kagum melihat bunga-bunga yang indah, dengan latar belakang
pemandangan matahari yang sedang terbit, sungguh indah sekali. Aku hampir tidak
percaya melihatnya, karena dari bawah yang aku lihat hanyalah benang-benang
yang ruwet. Kemudian ibu berkata, “Anakku, dari bawah memang nampak ruwet dan
kacau, tetapi engkau tidak menyadari bahwa di atas kain ini sudah ada gambar
yang direncanakan, sebuah pola, ibu hanya mengikutinya. Sekarang, dengan melihatnya
dari atas engkau dapat melihat keindahan dari apa yang ibu lakukan”.
Pernahkan kalian berada di posisi seperti anak kecil
tersebut? Mungkin tidak dalam hal menyulam, melainkan dalam peristiwa hidup
sehari-hari. Dalam perjalanan hidup, kita seringkali melihat ke atas dan
bertanya kepada Allah Bapa, “Bapa, apa yang sedang Kau kerjakan dalam
hidupku?”. Bapa mungkin menjawab, “Aku sedang menyulam dan membentuk
kehidupanmu.” Namun, kadang kita tidak mengerti apa yang menjadi rencana Bapa
dalam kehidupan kita. Pikiran kita sudah dipenuhi dengan banyaknya masalah yang
ada di dunia. Hingga akhirnya kita mengeluh dan mengelak “Tapi Bapa, jika Kau
sedang menyulamnya, mengapa hidupku terasa sangat berat, ruwet, dan
melelahkan?”. Sama seperti cerita di atas, Bapa akan tersenyum dan berkata,
“Nak, kerjakanlah apa yang menjadi bagianmu dengan sebaik mungkin. Aku sudah
memiliki bagianKu sendiri bagi kehidupanmu. Suatu saat, kau akan Ku bawa duduk
di pangkuanKu. Di sana kau dapat melihat dan mengerti betapa Aku menyayangimu
melalui proses hidupmu yang kadang sulit dan menyakitkan.”
Sadar atau tidak, kita sebagai
remaja kerap kali mengeluh akan tugas dan tanggung jawab, masalah, perintah
orang tua, dan lain sebagainya. Lebih buruk lagi, beberapa remaja merasa
hidupnya paling tidak beruntung diantara remaja lainnya. Daripada ngeluhnya
lanjut, mending kita sekarang tengok keadaan di sekitar kita.
Kali ini, aku mau ngenalin kalian dengan saudara kita yang
bersekolah di SDLB Talitakum, Semarang. SDLB itu apa sih? Sekolah Dasar Luar
Biasa, adalah sekolah bagi ABK atau Anak Berkebutuhan Khusus. Anak-anak ini
mengalami gangguan belajar dan tidak sedikit dari mereka mengalami gangguan
psikologis. Ada anak yang mengalami ADHD yakni gangguan dalam pemusatan
perhatian dan hiperaktivitas. Selain itu ada juga yang mengidap autisme, down syndrome, gangguan bicara, gangguan
belajar, dan lain-lain. Beberapa waktu yang lalu, aku dan dua temanku melakukan
proyek kebaikan bagi mereka. Kami mengajak mereka bermain dan belajar bersama.
Dan walaupun mereka berkekurangan, namun kami bisa merasakan kebahagiaan mereka
atas kunjungan kami.
Saat pertama kali melihat anak ABK, jujur dalam benakku
muncul rasa belas kasihan. Rasanya trenyuh sekali melihat keadaan fisik dan
mental mereka. Mereka dengan segala kekurangannya tetap berjuang untuk menempuh
pendidikan yang mungkin melelahkan bagi mereka. Di dalam benakku timbul
pertanyaan, “Mengapa harus begini Tuhan? Apa Kau tidak kasihan melihat mereka?”
Mungkin pertanyaan itu juga muncul dalam benak teman-teman. Mungkin dalam
pribadi kita merasa ada ketidakadilan bagi mereka. Namun, setelah aku renungkan
hari demi hari, Tuhan seperti mengingatkanku. Dia seolah-olah berkata bahwa
rencanaNya tidak pernah gagal bagi anak-anak tersebut. Saat ini sepertinya mereka
tidak mampu, mereka kurang dari yang lain, namun apakah itu berarti Tuhan tidak
bekerja dalam hidup mereka? Kita sebagai manusia kadang tidak peka akan cara
pikir Tuhan. Kadang kita menuntut semua sesuai dengan waktu dan keinginan kita.
Tapi, INGAT!! Waktu Tuhan bukanlah waktu kita, rancanganNya melebihi rancangan
kita. Mungkin Tuhan memakai anak-anak tersebut untuk menjadi penengah di dalam
keluarganya, Tuhan memakai mereka untuk mengingatkan kita betapa kita tidak
bersyukur. Dia seolah-olah berkata “Lihat! Mereka tidak seperti yang orang lain
pikirkan. Mereka indah, berbakat, dan ceria. Mereka bisa membuat karya seni,
berkomunikasi, saling merangkul kawannya, menata sepatu, bahkan mereka bisa
berdoa.”
So, teman-teman, kesimpulannya adalah proyek ABK ini sangat
menginspirasi saya bahwa rasa belas kasihan boleh kita berikan bagi mereka.
Namun, sesungguhnya apa yang menjadi kerinduan hati mereka adalah kunjungan dan
kasih sayang kita bagi mereka. Dengan demikian mereka merasa dianggap,
diterima, dan dicintai oleh sesamanya. Jangan pandang mereka dengan kacamata
dunia yang mungkin menganggap mereka aneh, tidak sama, dll. Pandanglah dengan
cara Tuhan, yakni kasih. Mereka sama dengan kita, sama-sama berbakat, berusaha,
dan sama-sama anak dari Tuhan. Tuhan Yesus memberkati. (Herdina Oktavia)
Cerita ilustrasi dikutip dari :
Cerita ilustrasi dikutip dari :
https://deslisumatran.wordpress.com/2010/03/18/ilustrasi-rancanganku-bukanlah-rancanganmu/






